Perkenalkan nama ku Zamzam (bukan nama sebenarnya)
Aku adalah seorang siswa yang masih duduk di bangku kelas 1 smp, di salah satu sekolah di ujung pelosok Bantul bagian Selatan.
Berbeda dengan sekolah lain, sekolahku adalah sekolah yang memiliki asrama.
Sekolahku dibangun sekitar tahun 80-an di atas tanah wakaf. Dimana, di salah satu bagian tanah wakaf ini adalah bekas makam keluarga yang kemudian dipindahkan di lain tempat dan dibangun sebuah koperasi sekolah di atasnya. Bukan sekolah tua memang, tetapi kewingitan itu tidak bertumpu pada tua atau muda nya sebuah bangunan, melainkan disinggahi atau tidaknya, dan eks bekas apa dulunya. Seperti itu yang selama ini aku tahu.
Aku lupa waktu itu hari apa, tanggal berapa, tapi kejadian itu terjadi belasan tahun yang lalu. Sore itu kami kedatangan seorang laki-laki muda. Tidak ada yang yang mewakilinya, maksud ku adalah tidak bersama orang tuanya. Karena biasanya orang yang hendak ingin bersekolah, apalagi sekolah itu asrama, biasanya seorang murid itu akan diantar oleh kedua orang tuanya/walinya. Ia menemui Guruku sebut saja "Pak Humaidi" (Bukan nama sebenarnya). Kemudian laki-laki muda itu memperkenalkan namanya yaitu "Yordan" (bukan nama sebenarnya). Ia menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu tak lain berkeinginan untuk menuntut ilmu di sekolahku ini.
Awalnya, Pak Humaidi dan guru yang lainnya sempat curiga "bagaimana bisa seorang anak ingin bersekolah, tapi tanpa ada yang menjadi walinya" siapa yang akan membayar biaya sekolah? Siapa yang akan dimintai pertanggung jawaban jika akhirnya anak ini membuat ulah? atau hal yang tak terduga?
Tapi karena Yordan yang bersikeras untuk tetap ingin belajar di sekolah kami, maka guru-guruku mengijinkanya dan ikut bergabung dengan kakak tingkat kelasku. Aku kelas 1, dia kelas 2.
---#--#----
Dua minggu, tiga minggu, sebulan tidak pernah ada yang aneh kecuali bangga dengan Jordan ini, karena dia mudah memahami segala hal dalam pelajaran. Yordan begitu gampang menghafal rumus-rumus rumit, bahkan dia juga begitu mudah menghafal larik-larik ayat suci Al-Quran. Kemampuan dia melebihi kemampuan anak paling cerdas di sekolahku. IQ dan cara berpikirnya sekial lebih tinggi daripada anak-anak berpretasi di sekolahku, apalagi aku 😆😆😆. Karena begitu cerdas dan hebatnya Yordan, dia menjadi teladan bagi semua siswa, dan menjadi anak kesayangan dari guru-guru, terutama Pak Humaidi itu sendiri.
Hingga pada suatu ketika, kejadian itu terjadi. (Tiba-tiba nulisku ngelag)
Iya, kejadian itu terjadi sekitar jam 9 nan, malam pokoknya ketika hampir semua siswa sudah tidur di dalam kamar asmaranya.
Dimana waktu itu Yordan sedang tidur di pangkuan Pak Humaidi di dalam kantor, sambil di elus rambut dikepalanya. Ya maklum, anak kesayangan.
Jin Menyamar Jadi Santri
Karena waktu sudah semakin malam, Pak Humaidi meminta tolong kepada Yordan untuk mematikan lampu.
Tanpa meng-iyakan, Yordan lantas mematikan lampu. Tapi bukanya Yordan turun dari kursi dan melangkah mematikan saklar, justru malah tanganya Yordan memanjang dan seketika mematikan lampu dengan cara memutarnya, smentara ia tetap dalam posisi tiduran.
Pak Humaidi yang melihat kejadian itu seketika kaget, terpelongo. "Mana bisa tangan manusia memanjang? dan bisa memutar lampu kemudian mematikanya, sementara jarak lampu itu 4 meteran dari posisi tetap tidur?"
"Siapa kamu" kata Pak Humaidi menyidik"
" Saya..."
"Siapa kamu? yang jujur terhadap saya"
"Sebenarnya saya dari bangsa Jin"
"Lantas kenapa kamu menyamar"
"Tidak lain saya hanya ingin belajar di tempat ini, saya kagum dengan sekolah ini, dengan cara belajarnya dan mengajarnya. Saya kagum dengan sekolah yang selalu dekat dengan Tuhan" kata Yordan menjelaskan.
"Sekalipun kamu kagum, senang dan bangga dengan sekolah kami, Tapi bukan berarti kamu harus menyamar dan menjelma menjadi manusia seperti kami"
Jin Menyamar Jadi Santri
"Tapi Pak, saya ingin bisa sekolah di tempat ini. Seperti anak-anak yang lain"
"Iya, saya paham. Tapi ini bukan duniamu, kodrat kita berbeda. Kami bangsa manusia, dan kamu bangsa jin, semua sudah ada wadahnya. Maaf, Saya tidak bisa menerima kamu, dan saya harap kamu bisa menerima ini dengan baik. Setelah ini, saya harap kamu bisa kembali ke tempat dimana kamu berasal" tegas Pak Humaidi, yang masih tidak menyangka jika selama ini Yordan (murid kebangganya berasal dari golongan jin).
"Tapi Pak, saya hanya ingin belajar"
"Tetap tidak bisa, saya yakin di bangsamu banyak makhluk Allah yang pandai dan cerdas, sekali lagi maaf, kamu harus pergi".
----#-#----
Beberapa hari setelah kejadian ini, asrama tanpak hening.
Yordan juga tiba-tiba menghilang (eperti dia yang penting bagiku, tapi berlalu begitu saja)😆😆😆
Ya, berita ini sudah ditutup rapat supaya tidak menyebar ke murid yang lain, supaya tidak menjadi gosip. Tapi bagaimana pun, serahasia apapun, akhirnya kejadian soal Yordan beserta ceritanya itu terkuak dan menjadi buah bibir dari mulut ke mulut selama berhari-hari.
================================= TAMAT ==================================
SC: Dokter Kung Top
0 $type={blogger}: